Sebagai kolektif pekerja seni yang mengutuk rasisme dalam bentuk apapun, kami terkejut dan sedih melihat bagaimana kemarahan media memberi label kami sebagai kelompok anti semitis. Melalui pernyataan ini, kami ingin menegaskan hormat kami pada semua umat manusia terlepas dari suku, ras, agama, gender atau seksualitasnya. Kami juga ingin memberikan konteks sejarah dan penciptaan dari karya yang diturunkan itu.
Sebelumnya, kami ingin mengungkapkan penyesalan kami setelah menyadari bagaimana karya kami “People`s Justice” telah menyakiti banyak orang. Untuk itu kami minta maaf pada semua penonton dan tim documenta fifteen, publik di Jerman dan terutama komunitas Yahudi. Kami belajar dari kekeliruan ini, dan kini menyadari bagaimana imaji-imaji kami itu memiliki makna dan dampak yang spesifik dalam konteks sejarah Jerman. Karenanya, kami, bersama documenta fifteen, menurunkan banner itu dari pameran kami.
Pembuatan banner “People’s Justice” yang berukuran 8×12 meter di Yogyakarta tahun 2002 itu melibatkan banyak anggota Taring Padi. Banner itu lahir dari perjuangan hidup di bawah kediktatoran militer Suharto, dimana kekerasan, eksploitasi dan sensor adalah kenyataan sehari-hari. Sebagaimana semua karya-karya kami, banner itu ingin memaparkan hubungan-hubungan kuasa sangat kompleks yang bermain di belakang berbagai ketidakadilan dan penghapusan ingatan publik tentang genosida 1965, dimana lebih dari 500.000 orang hilang dan dibunuh.
Selama perang dingin, setelah perang anti komunis di Korea dan selama perang anti komunis di Vietnam, kudeta Suharto yang disusul oleh pembentukan rezim orde barunya, mendapat dukungan yang luar biasa dari seluruh dunia. Kekuatan demokrasi barat, termasuk bekas penjajah Indonesia, mendukung – terang-terang atau tidak –rejim militer ini, dari pada mendukung republik demokrasi yang masih muda, yang saat itu membangun kedekatan dengan negara-negara sosialis dan komunis lain. CIA dan agen-agen rahasia negara-negara Barat diduga memberikan bantuan senjata dan informasi intelejen pada rezim Suharto.
Imaji-imaji di dalam “People’s Justice” menghadirkan kekuatan-kekuatan dalam dan luar negeri ini dan berupaya menunjukkan kondisi sejarah yang rumit lewat bahasa visual yang mengganggu sebagaimana realitas dan kekerasan itu sendiri. “People’s Justice,” yang dibuat hampir 20 tahun lalu, mengekspresikan kekecewaan, frustasi dan kemarahan kami sebagai mahasiswa seni yang politis yang juga kehilangan banyak kawan selama perjuangan jalanan 1998 yang akhirnya berhasil menurunkan diktator Suharto. Imaji-imaji yang kita pakai tidak pernah dimaksudkan sebagai kebencian yang ditujukan pada kelompok etnis atau agama tertentu, tapi dimaksudkan sebagai kritik terhadap militerisme dan kekerasan negara. Dan banner ini, kami telah menggambarkan keterlibatan pemerintah negara Israel dengan cara yang salah – dan kami meminta maaf karena itu. Anti-semitisme tidak mendapat tempat di hati dan pikiran kami.
Kami datang ke documenta fifteen sebagai aksi solidaritas dalam perjuangan global untuk menghancurkan warisan kolonial yang melahirkan otoritarianisme dan kekerasan yang didukung negara. Kami mendukung keberanian documenta fifteen dan visi dari ruangrupa untuk menginterogasi warisan ini dan kami percaya bahwa dialog yang terbuka dan jujur adalah pendekatan terbaik untuk menemukan solusi dan bentuk aksi bersama. Hari-hari setelah penurunan karya itu, pengunjung terus berdatangan ke ruang pamer di Hallenbad Ost untuk melihat dan berinteraksi dengan karya-karya politis kami. Banyak dari mereka meluangkan waktu untuk mencari dan bicara dengan kami, menyampaikan apresiasi dan kritik mereka, dan kami harap dialog ini terus berlanjut.
Karya Terompet Rakyat 2018 adalah hasil proses belajarbersama volunteer Taring Padi dalam mensikapi situasi sosial politik terkini di Indonesia dan merayakantahun politik pemilu 2019. Kami sadar bahwa sikap kritis tetap selalu diperlukan dalam mewujudkan cita cita masyarakat yang adil dan makmur. Gagasan pendidikan politik untuk semua dan tuntutan rakyat menjadi tema besar dalam karya ini, meskipun kemudian kami membaginya lagi menjadi isu korupsi, isu toleransi, isu lingkungan dan isu hak asasi manusia.
Seni rupa masih menjadi tubuh bagi penciptaan karya ditaring padi, dan bentuk karya terompet rakyat 2018 ini adalah seni cetak cukil kayu di atas kertas dengan format lingkaran berdiameter 58cm berjumlah 22 series, yang dikerjakan secara manual dan gotong royong.
Proses penyebaran gagasan dan karya terompet rakyat 2018 ini dilakukan dengan cara berpameran di beberapa kota atau negara, dan juga menempelkannya di dinding dinding kota, seperti di Jogja, Blora dan Malang. mencetak dalam bentuk buku dan zine adalah upaya kami agar karya ini lebih meluas penyebarannya dan dokumentasi dalam bentuk film akan segera diusahakan.
Taring Padi sebagai pekerja seni selalu berusaha menyumbangkan karya karyanya untuk ambil bagian dalam memantik inspirasi bersama agar kita semua dapat berkarya yang lebih baik demi kesejahteraan kemanusiaan dan menjaga keseimbangan alam, salam, salam budaya.
Afterwork is a major group exhibition held from March 19 – May 29, 2016 exploring issues of class, race, labor, and migration in Hong Kong, its surrounding region, and beyond. It is part of gallery Para Site’s ongoing Hong Kong’s Migrant Domestic Workers Project, a long-term initiative aimed at engaging the domestic worker community through collaboratively organised public programmes and commissioned artist research. As an exhibition, Afterwork is nevertheless an autonomous proposition, including the often ambivalent and polychromatic aspects of the social and cultural mosaic of Hong Kong, Philippines, Indonesia, as well as of other contexts.
Afterwork includes works by Taring Padi from the 2004 Buruh (Workers) woodcut print series that was made in response to the case around the mistreatment of female worker Nirmala Bonat. The work was previously exhibited at the Singapore Art Museum in 2004.
The exhibition also had works of Poklong Anading, Liliana Angulo, Xyza Cruz Bacani, Jean-François Boclé, Cheng Yee Man (Gum), Imelda Cajipe Endaya, Köken Ergun, Harun Farocki, Larry Feign, Hit Man Gurung, Fan Ho, Alfredo Jaar, Jao Chia-En, Eisa Jocson, Abdoulaye Konaté, Sakarin Krue-On, KUNCI Cultural Studies Center, Joyce Lung Yuet Ching, I GAK Murniasih, Daniela Ortiz, Beatrix Pang, Miljohn Ruperto, Santiago Sierra, Sun Yuan & Peng Yu, Melati Suryodarmo, Brian Gothong Tan, Maria Taniguchi, Ryan Villamael, and Elvis Yip Kin Bon.
More information about the exhibition can be seen at the Para Site Website.
Pada September 2014, masyarakat dari desa Karanggneng, Roban, Ujung Negoro, Wonokerso dan Ponowareng di Batang, Jawa Timur berkolaborasi dengan Taring Padi, Greenpeace Indonesia dan Batanglyon membuat aksi penolakan terhadap PLTU Batang. Ini adalah dokumentasi kolaborasi ini. Bisa lihat juga di YouTube.
Film pendek tentang karya poster cukil Taring Padi tentang pemilu 2014 dari Redot Ebe.
Sebuah kolaborasi antara kolektif artis Taring Padi dan mahasiswa dari Universitas Michigan Penny W. Stamps School of Art & Design
Kami Bekerja Sama Sama
Kolaborasi antara Taring Padi dan tiga belas mahasiswa dari University of Michigan Penny W. Stamps School of Art & Design terjadi ketika sejumlah mahasiswa tersebut melakukan kunjungan ke Yogyakarta selama tiga setengah minggu pada musim panas 2013.
Taring Padi dekenal, salah satunya dalam hal tehnik cetak cukil kayunya yang mereka buat dalam ukuran besar, serta cara bekerja mereka yang kolaboratif dan merespon isu-isu sosial, politik, lingkungan, dan ekonomi. Kolaborasi ini kami mulai dengan serangkaian percapakan tentang “Apa pesan yang ingin kami sampaikan”? Apa isu-isu yang kita ingin komunikasikan?” Melalui diskusi yang panjang, kami memetakan hubungan antara ide-ide dan isu-isu sosial dan lingkungan yang merata baik di Amerika Serikat maupun di Indonesia.
Kerja kolaboratif yang kami lakukan ini memberikan tantangan kepada mahasiswa, dengan berlatar belakang budaya yang berbeda, untuk bagaimana bekerjasama dalam berkarya seni cetak cukil kayu. Semua orang terlibat dalam membuat sketsa bersama. Semua orang mencukil pada waktu yang sama. Ini permainan yang adil untuk mencukil dari sketsa yang dibuat oleg orang lain dan juga untuk mengedit atau mengubah bagian yang dikerjakan oleh orang lain pula. Selama dalam proses berkarya tersebut, semua gaya dari tiap individu dan pesan pesan yang ada menjadi terhubung.
Karya cetak cukil kayu kolaboratif ini kami beri judul “Tidak Sederhana”. Tema yang kami angkat adalah tentang manusia dan lingkungan hidupnya dengan isu-isu dan perspektif dari dua budaya yaitu Amerika Serikat dan Indonesia yang di gambarkan dalam sebuah pohon dengan akar dan ranting yang menjalar.
Disamping karya kolaboratif, katalog ini juga memuat karya cetak cukil kayu yang dikerjakan secara individu oleh orang orang yang terlibat dalam kolaborasi ini. Semua cetakan tersebut menanggapi percakapan kami di Sembungan, sebuah desa kecil di selatan Yogyakarta di mana studio Taring Padi berada.
Emilia Javanica & Charlie Michaels
Lecturers, Penny, W. Stamps School of Art & Design University of Michigan
www.stampingyogyakarta.tumblr.com
In 2009 Taring Padi produced a series of woodcut posters for the national Indonesian elections to promote debate, question and advocate on election related issues. These posters were distributed and pasted on walls in towns all over Indonesia through Taring Padi’s networks. This is the collection of these posters and documentation of the printing process and display.
A link to a blog about these posters can be found at Working Indonesia Blog.
Students from the Stamp School of Art and Design at the University of Michigan head to Yogyakarta, Indonesia, to work with traditional and contemporary Javanese artists, including Taring Padi. The trip is led by Stamps School lecturers Charlie Michaels and Emilia Javanica-White.
Taring Padi is excited about this collaboration. Stay tuned for updates. You can also keep up to date with the Stamping Yogyakarta blog .
Pameran “Hutan di Titik Nol” akan fokus pada konsekuensi lingkungan dan sosial transformasi luas hutan Indonesia ke monokultur yang memiliki para penduduk lokal yang hidup berdekatan pada dampaknya. Tetapi juga pada dampak perkembangan tersebut terhadap masyarakat perkotaan: baik itu dirasakan pada kurangnya cadangan energi, mengubah kebiasaan konsumen atau meningkatnya jumlah bencana alam.
Dampak lingkungan dengan eksploitasi sumber daya alam terutama oleh perusahaan – baik dengan atau tanpa izin negara – memiliki kontribusi besar terhadap memperburuknya pemanasan global. Serta ketidakpeduliannya kebutuhan sosial dan budaya dalam masyarakat yang terkena dampaknya tidak mengubah iklim sosial gaya hidup tradisional.
Pameran ini adalah sebuah cara artistik kepada publik untuk membahas isu-isu yang disebutkan pada platform visual guna menunjukkan paradigma dan sikap seniman terhadap kondisi hutan dan sosial-budaya lanskap di Indonesia.
PAMERAN SENI: “HUTAN DI TITIK NOL”
Arahmaiani, Arya Panjalu, Dwi Setianto, Setu Legi, Katia Engel, Taring Padi, Sara Nuytemens, Natalie Driemeyer & Anna Peschke.
Artistic Director: Bram Satya.
Pameran Berlangsung 2-12 October 2013
Sangkring Art Spaces
Nitiprayan RT 01 RW 20 No. 88, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta Telp (0274) 381032
Buka Setiap Hari
Senin- Sabtu Jam 10.00 -18.00
Minggu dan Hari Besar Tutup
– – –
Pembukaan:
2 October 2013, 19:00 WIB
Live Acoustics performance by Illalang Zaman, Sisir Tanah, Ade Tanesia feat. Krisna Enchik, Dendang Kampungan.
Diskusi:
7 October 2013, 17:00 WIB
“Hutan di titik nol dan tanggung jawab kita – dampak dan mitigasi perubahan iklim di masyarakat urban“
Pembicara:
1. Tumpak Winmark Hutabarat (WALHI JAKARTA)
2. Mina Susana Setra (AMAN)
3. Nurhadi, Moh. (GIZ ID)
Artist Talk & Kolaborasi Performance oleh Natalie Driemeyer, Anna Peschke, Arahmaiani dan Ong Hari Wahyu
12 October 2013, 15:00 WIB.
Bergabunglah dengan kami dalam sebuah perjalanan untuk merasakan secara langsung pengalaman dan pemahaman masyarakat setempat yang membawa potensi pada perubahan global.
Mahasiswa dari Stamp School of Art & Design di University of Michigan akan berkunjung ke Yogyakarta Indonesia untuk bekerja sama dengan seniman Jawa tradisional dan kontemporer, termasuk Taring Padi. Perjalanan ini di dukung oleh Dosen Charlie Michaels dan Emilia Javanica- White dari Stamp School.
Taring Padi senang tentang kolaborasi ini.
Ikuti tetus untuk informasi selanjutnya. Kamu juga bisa Cek blog Yogyakarta Stamping.
Untuk lebih tahu tentang workshop dan pemutaran film reguler di Taring Padi lihat di facebook page Taring Padi (linknya di bawa – “Follow Us”)
For regular updates on Taring Padi workshops and monthly film screenings check Taring Padi’s facebook page (link at bottom of the page)
Pameran Taring Padi & Kawan-Kawan; Jangan Diam!, Hari Perempuan Internasional.
Melalui tema “Jangan Diam!”, karya-karya grafis sablon yang dipamerkan di SURVIVE! garage kali ini berbicara tentang berbagai persoalan yang dihadapi perempuan. Ungkapan “Jangan Diam” dipilih sebagai seruan agar semua ikut berpartisipasi untuk menghentikan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan yang sampai saat ini masih terus terjadi.
Jangan Diam ini adalah ucapan yang ditujukan kepada semua orang tanpa memandang jenis kelamin. Perempuan harus memberdayakan dirinya agar bisa mendapatkan hak-haknya. Namun upaya perempuan untuk merdeka tidak akan berhasil tanpa dukungan dari semua pihak. Berbagai fakta menunjukkan bahwa saat ini mayoritas perempuan masih sulit untuk disebut merdeka. Perempuan menghadapi berbagai bentuk kekerasan, baik secara fisik maupun mental. Belenggu yang membatasi kemerdekaan perempuan muncul dalam berbagai bentuk aturan dan norma.
Komnas Perempuan mencatat, sejak 1999 sampai akhir tahun 2010, terdapat 189 kebijakan yang diskriminatif terhadap perempuan. Kebijakan tersebut dikeluarkan atas nama agama dan moralitas yang diterbitkan dari pusat hingga desa oleh pihak eksekutif, yudikatif, maupun legislatif. Kebijakan tersebut antara lain membatasi hak kemerdekaan berekspresi (23 kebijakan mengatur cara berpakaian), pengurangan hak atas perlindungan dan kepastian hukum karena mengkriminalkan perempuan (52 kebijakan tentang prostitusi dan pornografi), penghapusan hak atas perlindungan dan kepastian hukum (1 kebijakan tentang larangan khalwat/mesum), dan pengabaian hak atas perlindungan (4 kebijakan tentang buruh migran). Isu kebijakan publik berdasarkan agama dalam beberapa tahun terakhir telah dan masih menjadi isu krusial sekaligus sensitif. Isu ini bukan hanya ada di Nangroe Aceh Darussalam maupun daerah lainnya di Indonesia, tetapi juga menjadi isu global. Keberadaannya sangat rekat dengan praduga-praduga. Kritik-kritik atas kebijakan tersebut merepresentasikan “semacam” ketegangan antara wacana universalisme dan partikularisme hak asasi manusia, antara barat dan timur, dan bahkan antara islam dan agama lainnya. Sensitivitas isu ini acapkali menimbulkan hilangnya semangat banyak kalangan untuk terlibat/melibatkan diri di dalamnya. Situasi diam/kehilangan semangat ini tentu saja mencemaskan karena itu sama artinya dengan membiarkan berlangsungnya praktik kekerasan terhadap perempuan, yang juga berarti pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia. Dalam jangka panjang, kondisi ini juga mengancam keberagaman dan
melalaikan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
Melalui pameran yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Perempuan Internasional ini, Taring Padi ingin mengajak semua pihak untuk jangan lagi diam menyikapi kekerasan terhadap perempuan. Pameran ini menampilkan 26 karya grafis sablon dari 23 peserta workshop sablon yang diselenggarakan Taring Padi pada 3 – 6 Maret 2013. Workshop tersebut diawali dengan diskusi tentang pemetaan persoalan-persoalan perempuan, yang kemudian menjadi bekal bagi para peserta workshop untuk menuangkan pendapatnya
tentang persoalan perempuan dalam karyanya masing-masing. Selamat Hari Perempuan Internasional! Bangkit dan lawan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan…..
Peserta pameran : Annie Sloman, Ari Aminuddin (warna merah), Bagus Dwi Danto, Bayu Widodo, Dianing Estihana, Djuwadi, Dwi Saputra, Efnu Nirwana, Elly Baldwin, Emman Djauhari (prettyfish), Fais, Fitri DK, Idha Saraswa
ti, Indra Cahya (draculamerahitam), M. Yusuf, Novanda Yudha Bakti, Pirie Tramontane, Praditya Wibby, Renie Lampir, Susann Oettel, Vindi Tri, Wimbo Praharso, Yunanto Setio.
Paramonster Present :
ALTERNATIVE MEDIA REVIVAL
Workshop & Exhibition
29 April 2012, Studio Five Pilang, CIREBON, JABAR
Exhibition :
– Lo-Fi Photography (S.A.T.I.R), Rizky Akbar
– Hello Zombie (Iruan Gunawan & Dhimas Lucky Febrya)
– Baxlaxboys (Guntur Ophay Soekarno)
– Emman DjaUhari
– Areu Bendul
– Piknik Project
– Taring Padi
– Paramonster
– Zine Compilation
Workshop :
– Grafis (cukil kayu), Taring Padi
– Pinhole
– Drawing Potrait
Live Coaching Clinic :
– Drum, Andryan Dutagama
– Guitar, Soni666
Buku ini adalah retrospeksi karya kolektif Lembaga Budaya Kerakyatan Taring Padi (TP) yang berdiri di akhir 1998. Di dalamnya, 13 tema memilah karya-karya mereka, dengan satu tulisan “pembacaan” menyertai setiap kategori tema. Dengan pengategorian dan pembacaan, buku ini mendokumentasikan reaksi radikal pekerja seni seperti TP, atas perubahan sosial politik di Indonesia sejak Reformasi 1998. Bentuk reaksi itu adalah kerja seni kolektif yang progresif, inklusif, militan dan berkelanjutan sampai sekarang.
PELUNCURAN BUKU KELILING KOTA DI INDONESIA
JAKARTA, PADANG, PALEMBANG, BANDUNG, MAJALENGKA, SEMARANG, SALATIGA, MALANG, JEMBER, SURABAYA, DENPASAR, YOGYAKARTA.
JAKARTA
30 JULI 2011, GEDUNG GALERI CIPTA II, TAMAN ISMAIL MARZUKI
Acara : Diskusi Buku, Pemutaran Film, Malam Budaya
PALEMBANG
6 OKTOBER 2011, AULA UNIVERSITAS IBA, JL. MAYOR RUSLAN. PALEMBANG
Acara: Diskusi Panel, Pemutaran Film, Workshop Grafis (Cukil Kayu)
LAHAT
8 OKTOBER 2011, HOTEL CENDRAWASIH, JL. KOL. BURLIAN NO. 184 LAHAT
Acara: Diskusi Panel, Workshop Grafis (Cukil Kayu)
DENPASAR
8 OKTOBER 2011, TAMAN 65, JL. WR. SUPRATMAN 193, KESIMAN DENPASAR
Acara: Diskusi Panel, Pemutaran Film, Konser Akustik Workshop Grafis (Cukil Kayu)
MAKASSAR
11 OKTOBER 2011, MARKAS TANAHINDIE, JL. ABDULLAH DAENG SIRUA 1, 92 E MAKASSAR
Acara: Diskusi Panel, Pemutaran Film, Workshop Grafis (Cukil Kayu)
PADANG
13 OKTOBER 2011, UNIVERSITAS NEGERI PADANG, JL. PROF. Dr. HAMKA AIR TAWAR,PADANG
Acara: Diskusi Panel, Pemutaran Film, Workshop Grafis (Cukil Kayu), Malam Budaya
SURABAYA
27 OKTOBER 2011, AULA KAMPUNG ILMU, JL. SEMARANG. SURABAYA
Acara: Diskusi Panel, Pemutaran Film
MALANG
29 OKTOBER 2011, AUDITORIUM USMAN MANSYUR, KAMPUS UNISMA. JL. MAYJEN HARYONO,
NO.193 MALANG
Acara: Diskusi Panel, Pemutaran Film, Workshop Grafis (Cukil Kayu)
JEMBER
1 NOVEMBER 2011, AULA GEDUNG PMI, JL. JAWA. JEMBER
Acara: Diskusi Panel, Pemutaran Film, Workshop Grafis (Cukil Kayu)
SALATIGA
11 NOVEMBER 2011, SEKRETARIAT TUK, JL. MASJID MODANGAN KIDUL, RT/RW: 01/05
Acara: Diskusi Panel, Pemutaran Film, Workshop Grafis (Cukil Kayu)
SEMARANG
13 NOVEMBER 2011, GROBAK ART, JL. STONEN NO.29 BENDAN NGISOR, SEMARANG
Acara: Diskusi Panel, Pemutaran Film, Workshop Grafis (Cukil Kayu)
MAJALENGKA
17 NOVEMBER 2011, KARYA WALUYA FOUNDATION, JL. CIBOLERANG NO. 28 JATIWANGI, MAJALENGKA
Acara: Diskusi Panel, Pemutaran Film, Workshop Grafis (Cukil Kayu)
BANDUNG
20 NOVEMBER 2011, GEDUNG INDONESIA MENGGUGAT, JL. PERINTIS KEMERDEKAAN NO.5 BANDUNG
Acara: Diskusi Panel, Pemutaran Film, Workshop Grafis (Cukil Kayu)
YOGYAKARTA
16-18 DESEMBER 2011
RUMAH TARING PADI, DESA SEMBUNGAN, BANGUN JIWO, KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA
16 Desember 2011
- Pembukaan Acara “Kerja Belum Usai”
- Bazar Seni
- Menggambar Bersama
- Pembukaan Pameran Seni Grafis
- Pertunjukan Seni Tradisional : Pertunjukan Tari SD Sembungan, SAKI, Pertunjukan Tari Limbuk Cangik, Gamelan Sembungan, Buyung Mentari, Jen Shyu.
17 Desember 2011
- Pameran Seni Grafis
- Bazar Seni
- Pertunjukan Musik : Prikit ‘Ciu, Aman Perkusi, Denda Omnivora, Rescue, Punk Barong, Kurowo, Rebel Shockin, Six Not, Tujuh Warna Pelangi, Black Lock, Skarockoi, Dendang Kampungan, John Tobing, Techno Shit, Dizzy Mizzy Lizzy, Gestapu, Red Wine Cooler, Kepal SPI, DJ Memet.
18 Desember 2011
- Peluncuran Buku Taring Padi
- Pameran Seni Grafis
- Bazar Seni
- Pemutaran Film
- Diskusi Panel
- Pertunjukan : “Wayang Kampung Sebelah”
Poster Pemilu 2009
Pada tahun 2009 Taring Padi membikin seri poster cetak cukil untuk pemilu Nasional Indonesia untuk mempromosikan perdebatan, pertanyan dan advokasi tentang isu-isu yang ada hubungannya dengan pemilu. Poster seri ini di distribusikan dan di taruh di tempat-tempat di kota-kota Indonesia lewat jaringan Taring Padi. Ini adalah koleksi poster ini dan dokumentasi dari proses cetak dan display.
Link ke blog tentang poster-poster ini adalah di Working Indonesia Blog.